Selangkangan
Katanya selangkangan itu sakral, tapi bunyi katanya saja bikin dahi mengernyit. Bukan dahiku pastinya—karena aku suka selangkangan. Terutama saat sela-selanya basah, pertanda sang liang licin telah siap dihunjam. Atau sebaliknya, pertanda jejak permainan yang usai dan menyisakan mani yang mengerak. Katanya selangkangan itu sakral, jadi jangan main-main dengannya, terutama bila itu bukan milikmu. Entah bukan atau belum . Menurut kamus, dua-duanya tergolong zina. Tapi kamus luput akan satu hal: bersanggama—yang melibatkan selangkangan—itu naluri dasar manusia, si makhluk binatang yang instingnya adalah untuk dipuaskan. Titik. Maka tak salah bila aku menikmati pemandangan selangkangannya, yang saat itu bukan milikku. Namun dia leluasa mengangkang tanpa aku paksa. Aku ingin ia mengangkang di depanku, dan ia ingin mengangkang di depanku. * Di balik linen yang lembut, jari-jariku kembali menyusupi sela kedua pahanya. Terus menanjaki hilir menuju muara hingga aku dapat merasakan h...