Posts

Showing posts from April, 2011

Botol Waktu

Satu botol bir adalah penghiburmu. Setelah kuingat-ingat dengan saksama, kamu terbiasa untuk menggenggamnya di malam-malam kita bersama. Satu, dua, tiga sepertinya kurang untukmu, dan aku hanya akan duduk mengamati gerak-gerik kamu yang berpindah dari meja bundar kita, menuju bar, bercengkerama, lalu kembali ke meja ini dan memelukku. Kuhisap batang cengkeh ini dan kamu menenggak satu dua teguk dari mulut botol hijau itu. Aku pikir botol itu adalah jimatmu, mungkin jimat yang membuat tanganmu rileks sehabis penat bekerja. Kau terus menggenggamnya, sesekali memutar-mutar botol itu di genggamanmu, lalu kau teguk dan kembali kau mainkan. Aku duduk, menyesap manisnya batang ini dan kuembuskan napasku yang terbang membentuk tarian asap yang meliuk. Melihat, mengamatimu adalah satu hiburan bagiku. Seharusnya hal itu biasa saja, tapi kondisi kita tidak biasa bagiku, tepatnya sungguh kubenci. Itulah mengapa sering kita habiskan waktu untuk diam dan bertatap saja, terlebih di tengah k

Sarisha

Cuaca sama sekali tidak bersahabat untuk menjadi ‘terang’ atau ‘cerah’ pun ‘ceria’. Sentakan-sentakan makin memadat dan menjadikan kini tidak bersahabat. Segala kewajiban akan aksi disongsong hanya dalam rangka untuk membuat hari menjadi penuh, menghilangkan ruang kosong dalam pikiran, agar tidak ada lagi keresahan yang bisa membuat air muka ompong. Sialnya, air muka tidak pernah berhasil berbohong, mungkin jika berhasil, hanya selama sedetik. Gadis itu datang, dengan figur yang tidak jelas. Ia tidak cerah, ia pun berusaha untuk menutupi mendung dari dirinya agar tak ada yang tahu, bahwa ia kelabu. Tapi, ia memilih datang padaku dan ini semakin menguatkan dugaanku akan kepincangan dan kebimbangannya. Sejenak aku mengamati air muka itu. Lonjong dan tampak segar, hanya saja matanya tampak lelah. Bukan hadirnya kantung mata dan lingkar hitam, tapi sorot matanya layu. Ia balas menatapku, tidak menunjukkan ketakutan, justru ia memancarkan energi penasaran yang sungguh besar. Ia tampaknya

Semalam Tentang Rasa

Mengingat lalu, mengunyah usah Datanglah kemari, Perlahan, Tak perlu kau berlari, Membasuh muka, pertanda buka Jelanglah pagi, Perlahan, Hendak melangkah pergi, Meredam riuh, menelan gemuruh Kenali malam, Perlahan, Syahdunya belum tentu buram, Mungkin mataku hanya belum mampu raba penglihatanku. Kita serba tak tahu, pun tak pasti. Seperti apa indahnya jatuh cinta pun kita tak tahu, apakah kita sedang jatuh terhadap cinta satu sama lain? Bila memang iya, mengapa semua terasa indah saat kita tak saling memiliki? Bukankah itu indahnya cinta? Untuk bertanya, bagaimana rasanya memiliki. Bandung, 3 Februari 2010

(Saya Ingin Tahu) Pengaruh Musik terhadap Desain Bangunan

Pernahkah kamu mengalami fenomena pribadi seperti ini: ketika kamu sedang duduk di atas jok kendaraan sambil melamun dan mendengarkan musik, ada koneksi yang tercipta antara lagu, pikiran, dan apa yang kamu saksikan dari balik jendela kendaraan. Koneksi itu lalu menjalin garis-garis tersendiri dalam imajinasimu dan tiba-tiba kamu sedang menciptakan sebuah desain bangunan dan musik adalah stimulan yang membangunnya. Saya sering. Terakhir kali pikiran ini terancang dengan nyata ketika saya sedang menumpangi travel yang mengantar saya dari Jakarta ke Bandung. Sore hari, saya duduk di bangku paling belakang dan yang saya lakukan sepanjang jalan hanyalah memandangi alam di luar yang sudah saya lewati entah berapa kali, sambil mendengarkan musik melalui earphone yang merekat di kedua telinga saya. Sebenarnya saya sungguh berharap untuk menghabiskan waktu perjalanan dengan tidur, tapi apa boleh buat ternyata saya tetap terjaga. Satu demi satu lagu berganti dan pandangan saya terus terpaku ke