Posts

Showing posts from February, 2012

Menangkap Waktu

Pada akhir pekan yang sudah tertanda Senin dini hari ini, saya menyadari bahwa beberapa pekan belakangan, otak saya sering sekali memutar rekaman atas apa yang terjadi selama sepekan dan pekan-pekan sebelumnya. Lalu, ketika usai mengingat-ingat momentum yang telah berlalu, ada sebuah kesadaran yang bisa dibilang menyeramkan hinggap dalam pikiran saya. Betapa waktu terlalu cepat berlalu! Rasanya baru kemarin saya bepergian ke tempat itu, lalu tiba-tiba momen itu sudah terlewati selama sebulan. Saya merasakan seolah ada banyak hari yang hilang tanpa jejak serta tanpa makna. Renungan ini pun mengantarkan saya pada sebuah renungan lain, yaitu waktu kini semakin kencang berlari dan bertambah laju meninggalkan detik lalu, menit lalu, sejam lalu, hingga sehari yang lalu.  Tak cuma sekali saya mengutarakan analisis pikiran saya ini kepada beberapa teman yang ternyata merasakan hal serupa. Berkali-kali saya dan teman-teman berdiskusi dan mengucapkan rasa heran tentang hari yang makin cepat ber

Kiamat

Perjalanan ini ternyata luar biasa sulit. Belum pernah aku alami sebuah tanjakan terjal sekaligus jurang curam secara bersamaan dalam satu detik. Semua batas antara waras dan sinting teraduk jadi satu dalam pusara yang semakin keras berputar dan memusat, semena-mena menebang segala rasio dan perasaan yang semestinya bisa dikontrol oleh batas kemampuan manusia. Tiap janji mungkin dan tak mungkin sudah menemui ajalnya dan bocor merembesi tiap permukaan, lalu menjadikan seluruh tubuhnya berlumut, mengerak, lalu lapuk. Sumpah serapas atas permukaan berbatu ini sudah tidak terasa lagi, malah membuat jarum-jarum tertajam di muka bumi ini bertumbuhan di sana sini. Sejauh pupilku memicing, aku tidak mendapati satu milimeter pun permukaan yang halus untuk dipijak. Telapak kakiku bahkan sudah tak terkejut lagi oleh kejam terik matahari yang termanifestasi di tiap butir pasir. Kasar, panas, menggores, menyayat, seluruh kulitku sudah kebal. Ada saat-saat tertentu aku menoleh ke belakang, hori

Mengurangi Ketidakpastian

Pepatah lama bilang bahwa ‘tak kenal maka tak sayang’. Saya juga kurang tahu siapa yang mencetuskan pepatah itu hingga kini jadi pengetahuan semua orang yang hidup dan bersosialisasi. Lalu, yang saya tahu cuma kalimat di atas telah jadi pengabsahan bahwa untuk bisa memiliki ikatan emosional lebih dengan seseorang, maka kita harus mengenalnya terlebih dahulu. Secara ilmiah, saya telah mempelajari penjabaran logis dari proses berkenalan dengan individu lain karena memang saya menempuh jalur pendidikan ilmu komunikasi. Saya ditempa dengan segala macam teori yang mengupas bagaimana hubungan manusia dengan manusia lainnya terjalin, mulai dari proses awal hingga akhir. Sepanjang hidup saya (dan juga Anda), mungkin sulit untuk menghitung berapa banyak jumlah orang yang kita kenal. Ya, mungkin, dengan kehadiran Facebook, kita bisa melihat secara lebih mudah berapa banyak orang yang benar Anda dan saya kenal, atau sebaliknya. Dari sekian ratus atau ribu teman yang ada dalam jaringan sosial itu,