Posts

Showing posts from May, 2017

Koneksi

Mereka bilang koneksi itu adalah sebuah mitos. Katanya, ada hal-hal lain yang lebih penting ketimbang koneksi jiwa saat kau memilih seseorang. Pernah kudengar pula kalau koneksi adalah sesuatu yang bisa kau pupuk hingga berkembang, mengakar, dan menjadi sesuatu yang mendasari. Konon pula, koneksi itu delusi yang hanya nyata dalam imajinasi. Apakah benar tidak ada namanya pertemuan dua jiwa yang—hanya melalui tatap—terasa begitu mantap; bahkan tanpa kata ataupun penjajakan? Benarkah hal ini mustahil? Apakah ini berarti segala sesuatu yang terjadi dalam sanubari manusia hanya patut dianggap masuk akal bila dapat dirasionalkan? Bahwa koneksi itu ada karena A, B, C, hingga Z. Sesederhana itukah alam pikiran kita? Segamblang itukah segala sesuatu yang terjadi dalam diri manusia—yang justru seringkali membuat kita kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya? Jakarta, 29 Mei 2017

Penasaran

Kamini Kurasa ini hanya atraksi sekejap yang menggoda. Ya, kesan pertama yang berjejak. Sudah natur manusia untuk mengikuti ke mana kemauan berlayar, dan itu... tidak terhentikan. Kurasa ini hanya soal waktu, serta seberapa jauh aku telah tahu  dan menyingkap yang tadinya sebatas isyarat. Misterius. Kamu tahu, itulah bahayanya manusia saat dahaga menguasai. Apa pun dapat terkabul, atas nama obsesi dan keingintahuan yang menggebu-gebu. Manusia itu haus,     dan instingnya adalah untuk selalu dipuaskan. Kama Tak usah bertanya soal makna. Terkadang ada hal-hal yang terjadi begitu saja, tanpa alasan pun pertimbangan. Hanya tindakan. Percayalah, yang terseru justru saat berburu, dan itu... nikmatnya bukan main (tentu saja masih kalah dengan nikmat bersanggama). Yang jelas, dia cukup menganggu. Dan aku tak suka diganggu. Tak perlu banyak menerka. Hukumnya sudah jelas kalau manusia itu gemar menaklukkan demi rasa penuh kuasa. Bahwa dirinya berharga dan diakui—terutama kaum pria.

Harapan

KR Harapan Bayangannya begitu menawan Membuatku terbuai hingga kenyataan pun kugadai Bangkai-bangkai masa lalu Meratapi masa kini dan tak henti beradu Perlahan menjambak sanubari seiring lumpuhkan bestari [bersambung] NB [disambung] Kosong Bagaimana ia menawan Saat sinar gagal menyerta hadir nyata menjadi tanya; ada, atau hampa? Mengusung memori lampau Mencerna ruang hidup siapa? dan mengapa? Semua tanya membusuk Jakarta, 10 Mei 2017 *kolaborasi spontan pertama

Setidaknya, Kini Saya Paham

Image
Sumber: Power of Positivity Sering kali manusia berpikir bahwa jawaban adalah sesuatu yang harus didapatkan sesegera mungkin. Otak kita sudah punya aturan instingtif bahwa pertanyaan haruslah melahirkan reaksi pada saat itu juga. Maka manusiawi rasanya bila kita frustasi ketika dihadapkan pada sebuah ketidaktahuan . Padahal, Sayang, hidup tidaklah sesederhana itu, alam pikiran manusia tidaklah selugas itu, dan jiwa manusia bukanlah sesuatu yang kentara wujudnya. Jadi tak salah pula kalau saya bilang “menjadi tidak tahu” juga merupakan suatu keadaan yang terbilang manusiawi. Tentunya bukan berarti saya pasrah mentah-mentah dengan fase “menjadi tidak tahu”. Pada akhirnya saya sadar kalau ada tiga hal yang telah membantu saya menghadapinya: rela meluangkan energi untuk berpikir lebih dalam , rela berpikir  secara perlahan , dan rela untuk tidak menyangkal apa pun yang hati ungkapkan. Saya percaya kalau—dalam hidup yang tak sesimpel hitam putih ini—ada masanya