Penasaran

Kamini
Kurasa ini hanya atraksi sekejap yang menggoda. Ya, kesan pertama yang berjejak. Sudah natur manusia untuk mengikuti ke mana kemauan berlayar, dan itu... tidak terhentikan.

Kurasa ini hanya soal waktu, serta seberapa jauh aku telah tahu dan menyingkap yang tadinya sebatas isyarat. Misterius. Kamu tahu, itulah bahayanya manusia saat dahaga menguasai. Apa pun dapat terkabul, atas nama obsesi dan keingintahuan yang menggebu-gebu.

Manusia itu haus,
    dan instingnya adalah untuk selalu dipuaskan.


Kama
Tak usah bertanya soal makna. Terkadang ada hal-hal yang terjadi begitu saja, tanpa alasan pun pertimbangan. Hanya tindakan. Percayalah, yang terseru justru saat berburu, dan itu... nikmatnya bukan main (tentu saja masih kalah dengan nikmat bersanggama).

Yang jelas, dia cukup menganggu. Dan aku tak suka diganggu.

Tak perlu banyak menerka. Hukumnya sudah jelas kalau manusia itu gemar menaklukkan demi rasa penuh kuasa. Bahwa dirinya berharga dan diakui—terutama kaum pria. Haha... ya, aku begitu.


Manusia itu tamak,
     dan instingnya adalah untuk selalu beroleh nikmat.



Jakarta, 10 Mei 2017
*sebuah fragmen lanjutan dari "Nyali"





Comments

Popular posts from this blog

Tentang Sebuah Hubungan

[Ulasan Buku] Manuscript Found in Accra

Ulasan Musik: London Grammar