Tentang Sebuah Hubungan



Kata orang, cerita cinta yang pernah dilalui seseorang turut menempa kepribadian orang tersebut dalam rangka menjalani hidup. Kata pengalaman, cerita cinta yang pernah dilalui seseorang membentuk satu persatu watak dan pembelajaran dalam mengambil keputusan atau menetapkan langkah. Ada pula yang bilang bahwa kita sebagai manusia tidak akan pernah belajar tentang bagaimana rasa sakit sesungguhnya dan sulitnya bangkit dari keputusasaan jika belum pernah mengalami patah hati atau sakit hati. Terdengarnya berlebihan, tapi opini macam itu memang pernah saya dengar. Benar atau tidak, sedikit banyak saya pernah mengalami hal serupa dan pengalaman nyatanya memberikan pengetahuan tentang bagaimana menjadi lebih kuat untuk diri sendiri melalui kisah asmara pahit yang menorehkan luka busuk di hati.

Tampaknya besar sekali peran kisah asmara yang dialami seseorang terhadap bagaimana ia akan menjalani hidup. Saya pernah berpikir, secara tidak sengaja, lebih tepatnya terinspirasi dari lirik lagu "Come Undone" yang dibawakan oleh Duran Duran, bahwa pertanyaan tentang cinta adalah sama dengan pertanyaan tentang hidup. Sebuah misteri yang tidak akan pernah selesai terjawab. Demikian bagian lirik yang menginspirasi saya: "Who do you need, who do you love, when you come undone." Mungkin tidak semua yang membaca lirik tersebut akan memaknainya dengan pemaknaan saya. Terpicu dari tiga kata tanya yang mengawali tiap baris di bagian lirik tersebut, saya sentak berpikir, "Setiap manusia cenderung akan terus bertanya selama hidupnya," Walaupun kita sudah menikah, belum tentu pertanyaan tentang makna cinta itu sendiri telah selesai. Perjalanan kehidupan bersama pasangan kita tidak sampai situ saja, justru (katanya) pernikahan adalah gerbang yang mengawali sebuah kehidupan baru. Dari sana, dapat dimaknai bahwa kegiatan mencintai adalah aktivitas yang tidak akan pernah usai selama hidup.

Kita semua mencari dan terus berusaha menemukan semua jawaban dari hidup kita masing-masing. Termasuk mencari ia yang memang sudah ditakdirkan untuk mencintai kita dan kita cintai. Inilah yang menjadi pertanyaan besar dalam diri saya, "Siapa yang pantas saya cintai?" "Cukup berhargakah ia untuk saya cintai?" atau "Benarkah ia orang yang tepat untuk saya cintai?" Semua berlandaskan rasa ragu yang menyebabkan otak dilalui oleh serabut kusut berupa pertimbangan-pertimbangan yang diharapkan akan mampu membantu diri ini memutuskan mana yang mendekati tepat. Lalu, dalam sebuah hubungan percintaan pula, dua manusia dikehendaki untuk saling melakukan apa yang semestinya mereka lakukan, sesuai dengan sang rasa. Rasa akan menstimulasi raga untuk bertindak menurut norma 'percintaan' sehingga manusia mengenal apa itu komitmen dan segala efek yang menyertainya, bisa saja saya sebut dengan: reward and punishment dari sebuah hubungan. Efek samping bawaan hubungan yang berlandaskan komitmen tentu saja tidak sama antara satu pasangan dengan pasangan lainnya, walaupun terdapat 'konvensi umum percintaan' misalnya: selingkuh itu haram, pengertian itu wajib, sayang itu mutlak, percaya itu nomor satu, dsb. 





Bagi saya, segala 'konvensi umum percintaan' itu masih bisa dikompromikan karena kembali kepada siapa yang menjalaninya. Konvensi umum percintaan ABG labil tentu berbeda dengan konvensi orang yang sudah menikah, misalnya demikian. Tapi, poin penting dalam membina hubungan bagi saya adalah: kebersamaan. Tidak bisa saya pungkiri bahwa kebersamaan adalah hal krusial dalam memelihara dan membangun fondasi sebuah hubungan yang logis. Rasa memang terkadang (atau kebanyakan waktu?) irasional, tapi pembinaan hubungan percintaan adalah sesuatu yang logis bagi saya. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha dan aksi yang selaras antara dua manusia dalam hubungan tersebut. Bagaimana menyatukan perbedaan hingga bisa menjadi benefit bagi kedua belah pihak? Bagaimana menghadapi masing-masing karakter ketika berselisih? Atau bagaimana membagi waktu untuk menghabiskan momen bersama? Ya, hal-hal standar dalam sebuah hubunganlah.

Kebersamaan adalah alat transportasi yang membantu kedua manusia ini bisa sampai pada buah hubungan yang telah mereka tanam bibitnya. Saya tidak percaya dengan hubungan maya, sebuah hubungan nyata yang dibuat tidak nyata karena satu hal: jarak. Sebuah kekuasaan alam yang belum mampu ditembus oleh teknologi manusia di semua macamnya. Saya sebut teknologi manusia telah berhasil menembus jarak ketika saya bisa melakukan apa yang selama ini saya tahu hanya penyihir yang bisa: teleportation! Apparate and disapparate. Pesawat, Skype, YM, Pingchat, Whatsapp dan segala bentuk instant messenger lainnya adalah omong kosong yang memupuk kesadaran mengenai 'kemayaan' alias 'kesemuan' hubungan itu kian nyata. 

Berbekal keyakinan yang kuat, banyak pasangan yang berhasil melewati masalah ini dan berakhir bahagia. Berbekal keyakinan dan prinsip, saya tahbiskan bahwa kebersamaan tempat adalah lebih utama ketimbang kebersamaan di hati. Rasa memerlukan pupuk yang menuntut realita berupa kebersamaan. Wajah dan gerak tubuh serta aroma yang menyertainya adalah realita, sedangkan rangkaian huruf di layar dan suara tanpa mimik adalah sebuah kebohongan yang nyata dalam konteks melegakan dahaga atas kebutuhan bersama.
Saya sedang tidak ingin bermain naif dan bijaksana di sini, tapi inilah realita dalam belanga kehampaan yang belum menemukan solusinya, hingga detik ini. Bisa jadi, ini adalah pertanyaan tentang sebuah rasa yang belum selesai, tampaknya, adalah pertanyaan jangka panjang saya. Entah bagaimana tempaan ini akan membentuk pengalaman baru bagi saya nantinya. Namun, saya rasa pertanyaan  tentang solusi dari permasalahan ini pun telah memengaruhi saya sedikit demi sedikit dalam menemukan makna kebersamaan serta harapan tentangnya. Biarkan kesemuan ini menempa hari-hari saya dan terus memalu saraf kerinduan saya akan sebuah kebersamaan yang nyata, inilah langkah semu yang saya biarkan melarutkan harapan saya ke tiap partikel udara yang berlabuh menjauh.***



Bandung, 30 Maret 2011

Comments

  1. eng-ing-eng!!

    if you have faith that this relationship you're in will help you to grow as a person then I'm sure you'll fight for whatever it worth.

    SEMANGAT!

    ReplyDelete
  2. ikh kok lo tau aja sih gw update, pdhl ga gw publish ke twitter/fb. :))) lo emang pembaca setia gw!

    I still pray to get a power to get through this ;)

    ReplyDelete
  3. i pray for you.
    solusi itu kadang ada tepat di depan mata kita tapi kita belum siap. you know what i mean.

    ReplyDelete
  4. @gebi: I think so, lieur....

    ReplyDelete
  5. Illiad Achsyarie15 April 2011 at 16:31

    pray for you kania..

    ReplyDelete
  6. saya suka sekali dengan come undone milik duran-duran itu. Saya pikir ceritanya itu seseorang yang gk jadi datang. EEEE ternyata gitu ya!, tentang cinta yang gk pernah selesai.eeee!! ternyata maknaya lebih dalam bgt. klo diterjemahkan satu-satu malah gk mudeng
    kayak lirik yang ini :
    "Lost, in a snow filled sky, we'll make it alright, to come undone,
    Now we'll try to stay blind, to the hope and fear outside,
    Hey child, stay wilder than the wind -
    And blow me in to cry"

    apa anda bisa menerjemahkan semua liriknya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Rizky, thanks for reading this post..
      Soal makna lirik itu ya memang interpretasi penikmat aja sih, jadi bukan ga mungkin interpretasi kita berbeda dan ga ada yang salah hehee... tapi klo menurut saya, lagu ini lekat dengan persoalan hidup yang tidak pernah selesai seiring dengan manusia yang makin dewasa. bahwa manusia itu selalu punya ketakutan tapi sekaligus selalu butuh pengharapan... itu menurut saya, ya..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

[Ulasan Buku] Manuscript Found in Accra

Ulasan Musik: London Grammar