[Ulasan Buku] Manuscript Found in Accra

Ia adalah seorang penulis yang mampu menyentuh sisi terdalam manusia, sanubarinya. Bahkan tak sebatas menyentuh, tapi Paulo Coelho juga selalu berhasil membangkitkan kesadaran batin pembaca melalui caranya berkisah soal kehidupan. Setidaknya, seperti itu bagi saya sebagai pembaca karya-karya penulis asal Brazil ini. Manuscript Found in Accra, novel terbarunya di 2013 lalu bagaikan rangkuman sebuah kitab yang berisi filosofi kehidupan manusia; dan memang begitulah nyatanya.


Novel ini mengambil sudut pandang seorang narator tanpa nama yang bertemu anak dari seorang arkeolog Inggris, Sir Walter Wilkinson. Pada 1974, Sir Walter menemukan manuskrip yang ditulis dalam Bahasa Arab, Ibrani, dan Latin. Manuskrip ini diketahui berasal dari Accra, sebuah kota di luar teritori resmi Mesir, dan ditulis pada 1307 AD. Anak Sir Walter mengirimkan salinannya kepada sang narator yang kemudian menulis ulang manuskrip tadi ke dalam versi Bahasa Inggris.

Cerita berjalan ke masa lalu, menuju zaman yang diceritakan dalam manuskrip tadi. Hadirlah dialog antara The Copt, seorang Yunani, dengan warga Yerusalem pada sebuah malam di Accra, satu milenium setelah Yesus diadili oleh Pontius Pilatus. Para warga bertanya seputar permasalahan hidupnya dan dijawab oleh The Copt dengan berbekal bantuan dari Divine Energy, sebuah kekuatan spiritual di atas manusia yang menjadi keyakinan iman pria Yunani tersebut. Tiap bab menceritakan persoalan yang berbeda-beda dalam hidup. Beberapa di antaranya adalah tentang defeat, solitude, recognition, afraid to change, beauty, love, the past, sex, elegance, work to support life, luck, miracle, anxiety, future, loyalty, when all is lost, dan enemy. Di sinilah inti cerita dari buku ini. Tiap persoalan dikupas mendalam dan secara otomatis menyeret pembaca untuk memahami dan mencerna kalimat-kalimat yang—tak jarang—menyentil pikiran.

Generasi berganti, namun konflik kehidupan dalam semesta kehidupan manusia tidak pernah berubah. Ternyata, baru saya sadari bahwa itulah kekuatan watak PC yang selalu berhasil ia tuangkan ke dalam karya-karyanya. Ia kerap mengambil sari kehidupan dan mengemasnya menjadi cerita yang berbeda-beda. Segala kata bijak yang keluar dari mulut The Copt dalam tiap bab di buku ini hampir semua mengena dan menimbulkan efek membekas di benak, hingga saya bahkan kesulitan untuk memilih kalimat mana yang paling menonjol untuk dikutip. Ini adalah satu kelebihan dari MFIA, yaitu tiap bab menghadirkan kedalaman makna yang setara; saya dibuat merenung setiap usai membaca satu kalimat ataupun satu bab.

Lazimnya, pembaca pasti terhanyut oleh jalan cerita atau tokoh-tokoh dalam sebuah cerita. Tapi tidak dengan MFIA, karena tidak ada plot khusus dalam novel ini. Tiap bab membawa saya pada persoalan baru, beserta dengan pemaparan dan berujung pada pemikiran baru. Tiap bab mengantarkan saya pada sensasi baru akibat kalimat-kalimat yang sering membuat saya menghela napas menanggapinya. Selama membaca novel ini, pikiran saya digiring untuk menghubungkan isi cerita dengan apa yang terjadi di sekitar atau dalam diri saya. Hal inilah yang menjadikan isi cerita MFIA begitu personal dan penuh nilai kedekatan.

Jika bicara soal karya, menurut saya, Manuscript Found in Accra merupakan sebuah intro yang mudah diserap oleh siapapun yang belum pernah atau baru pertama kali membaca karya PC. Lebih jauh lagi, saya makin penasaran dengan latar belakang kehidupan sang penulis. Pengalaman seperti apa yang pernah ia lalui hingga bisa menyampaikan hal-hal yang terlampau inspiratif seperti ini. Bagi saya, novel ini adalah nutrisi batin yang sederhana dan melegakan. Khas PC dalam setiap tulisannya, ia selalu berhasil membuat saya lebih memahami kehidupan melalui perspektif yang paling mendasar, yaitu lewat mata hati sendiri. Karena saya yakin, semua pertanyaan tentang kehidupan selalu memiliki jawabannya di situ, hanya kadang manusia sendiri yang kurang peka untuk menemukan dan mengamininya.***


Makassar, 3 Februari 2014




Comments

  1. Saya baru membaca buku ini semalam, setelah membaca buku ini saya bisa memandang segala macam persoalan hidup dari sisi yang berbeda..menyadari bahwa semua persoalan berasal dari diri kita sendiri, pola pikir kita sendiri bukan dari kesulitan yang tengah dihadapi. Btw ulasan yang apik.. thumbs up for you ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Tesa... Iya setuju dgn opini kamu, efek baca karya PC pasti membangkitkan pola pikir baru ya..
      Terimakasih krn udh mampir dan baca :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tentang Sebuah Hubungan

Ulasan Musik: London Grammar