Ulasan Musik: London Grammar
Awal mula pertemuan saya dengan grup musik asal Inggris ini memang agak abstrak. Rasanya saya sudah pernah melihat nama band London Grammar di salah satu situs berita musik indie luar. Sepertinya itu beberapa bulan lalu. Sore ini, ketika saya baru duduk manis di depan laptop dan memasuki laman jejaring sosial musik ternama berlogo warna jeruk itu, single baru trio ini muncul di halaman utama. Baru mendengarkan bagian intro-nya saja, saya sudah yakin akan menyukainya. Benar saja, lagu Strong milik London Grammar pun tidak henti saya putar.
Grup musik beranggotakan Hannah Reid (vokalis), Dan Rothman (gitaris), dan Dot Major (instrumentalis) mencuri perhatian para blogger musik saat single "Hey Now" dirilis pada laman SoundCloud band tersebut, akhir 2012 lalu. Media musik indie berbasis di Chicago, Pitchfork mengatakan single tersebut indah (exquisite) dan disusul juga dengan ulasan yang tetap menimbulkan kesan baik untuk single "Metal & Dust" pada Februari 2013. London Grammar mendapatkan pujian sebagai pendatang baru dengan koleksi karya yang begitu rapi, bersih, dan nyaris tanpa cela dari situs besar di kalangan musisi indie tersebut.
Di sini saya tidak akan mengulas karya mereka dari segi kritikus musik, karena saya bukan dan rasanya tidak punya kredibilitas untuk itu. Saya lebih suka berbagi kesan terhadap karya London Grammar sebagai penikmat. Saya coba dengarkan "Hey Now" sembari diam. Diawali dengan intro yang sontak mengingatkan saya pada lagu "Fiction" milik The XX dari album Coexist, single ini sederhana dan tidak memamerkan kekayaan instrumen, malah mengantarkan saya pada sebuah suasana. Ini yang sepertinya menjadi titik fokus musisi baru di era kini: membangun suasana lewat komposisi nada dan aransemen musik mereka. Untuk lagu berdurasi lebih kurang tiga menit, "Hey Now" menghadirkan komposisi yang kurang catchy jika tujuannya untuk menarik telinga orang awam agar mendengarkan musik mereka lebih lanjut, walau kesan indah yang gelap itu tetap hadir di sana.
Beralih pada single "Metal & Dust", mereka mengawali lagu ini dengan intro yang ethereal dengan efek-umum-ditemui-pada-karya-musisi-indie-penghadir-ambient-tapisayatidaktahunamanya itu. Setelah mendengarkan lagu ini berkali-kali, saya sedikit teringat dengan karya Imogen Heap dengan musikalitas berbeda. Ah, ya, bagian reff yang diisi dengan efek vokal berulang dari Hannah Reid itu yang membuat saya teringat dengan penyanyi kelahiran Inggris yang juga menjadi bagian dari duo Frou Frou tersebut. "Metal & Dust" memiliki tempo yang hidup dan lebih up beat namun tetap menghadirkan nuansa yang begitu damai saat mendengarkannya.
Suasana berbeda saya temukan pada single terbaru band ini, yaitu "Strong". Sendu, kelam, diselipi oleh keputusasaan yang begitu cantik, beginilah lagu ini tertangkap di indra pendengar saya. Sejak dulu, saya memang memiliki kecenderungan memberi nama kategori tertentu untuk musik-musik yang terdengar "pahit", "sakit", sekaligus "indah", dengan istilah "gloomy alternative pop". Dan lagu ini masuk ke dalam daftar kategori genre favorit karangan saya itu. Atau bisa juga menambah koleksi "lagu senja" dalam playlist pribadi (saya kerap mengasosiasikan lagu kelam dengan pergantian sore ke malam yang begitu sendu). Nah, walaupun vokal Hannah Reid sering dipautkan dengan Florence Welch, namun di sini saya tidak menemukan karakter itu (di lagu lainnya memang ada beberapa tarikan vokalnya yang mengingatkan saya pada teknik bernyanyi Flo, seperti pada single "Wasting My Young Years"). Entah mengapa, vokal wanita berambut pirang yang sekilas mirip Sky Ferreira itu begitu bulat, tebal, dan kuat di single keempat mereka ini. Ada perih yang menyayat tapi begitu nyaman dalam lagu ini. Bisa jadi pemilihan beberapa nada minor di dalamnya menguatkan nuansa "kelam" itu. Susah memang untuk dijelaskan, tapi yang jelas saya begitu jatuh cinta dengan single yang akan resmi dirilis pada 1 September mendatang ini.
Secara keseluruhan, memang tak saya pungkiri bahwa konsep pengemasan EP London Grammar sangat kekinian. Mulai dari artwork karya-karya mereka yang menampilkan pemandangan artistik senja di sebuah kota yang dipenuhi pendaran cahaya berefek starburst lampu kota dan lampu kendaraan di ruas jalanan raya, hingga elemen-elemen musikal dan pemilihan bebunyian dalam tiap karya mereka. Walaupun begitu, London Grammar tidak bisa saya bilang sebagai band indie ambient yang cukup dinikmati selewat. Karena di tiap karyanya, mereka memberikan kesan yang bikin saya selalu ingin mendengarkan kembali lagu-lagu indah tadi. Meskipun belum ada informasi pasti mengenai waktu rilis album debutnya, tapi jelas album ini menjadi salah satu karya musik baru yang saya nanti.***
Sumber foto: London Grammar FB
Situs resmi: www.londongrammar.com
SoundCloud: London Grammar
Youtube Channel: London Grammar
Ki-Ka: Dot Major, Hannah Reid, Dan Rothman |
Grup musik beranggotakan Hannah Reid (vokalis), Dan Rothman (gitaris), dan Dot Major (instrumentalis) mencuri perhatian para blogger musik saat single "Hey Now" dirilis pada laman SoundCloud band tersebut, akhir 2012 lalu. Media musik indie berbasis di Chicago, Pitchfork mengatakan single tersebut indah (exquisite) dan disusul juga dengan ulasan yang tetap menimbulkan kesan baik untuk single "Metal & Dust" pada Februari 2013. London Grammar mendapatkan pujian sebagai pendatang baru dengan koleksi karya yang begitu rapi, bersih, dan nyaris tanpa cela dari situs besar di kalangan musisi indie tersebut.
Di sini saya tidak akan mengulas karya mereka dari segi kritikus musik, karena saya bukan dan rasanya tidak punya kredibilitas untuk itu. Saya lebih suka berbagi kesan terhadap karya London Grammar sebagai penikmat. Saya coba dengarkan "Hey Now" sembari diam. Diawali dengan intro yang sontak mengingatkan saya pada lagu "Fiction" milik The XX dari album Coexist, single ini sederhana dan tidak memamerkan kekayaan instrumen, malah mengantarkan saya pada sebuah suasana. Ini yang sepertinya menjadi titik fokus musisi baru di era kini: membangun suasana lewat komposisi nada dan aransemen musik mereka. Untuk lagu berdurasi lebih kurang tiga menit, "Hey Now" menghadirkan komposisi yang kurang catchy jika tujuannya untuk menarik telinga orang awam agar mendengarkan musik mereka lebih lanjut, walau kesan indah yang gelap itu tetap hadir di sana.
Beralih pada single "Metal & Dust", mereka mengawali lagu ini dengan intro yang ethereal dengan efek-umum-ditemui-pada-karya-musisi-indie-penghadir-ambient-tapisayatidaktahunamanya itu. Setelah mendengarkan lagu ini berkali-kali, saya sedikit teringat dengan karya Imogen Heap dengan musikalitas berbeda. Ah, ya, bagian reff yang diisi dengan efek vokal berulang dari Hannah Reid itu yang membuat saya teringat dengan penyanyi kelahiran Inggris yang juga menjadi bagian dari duo Frou Frou tersebut. "Metal & Dust" memiliki tempo yang hidup dan lebih up beat namun tetap menghadirkan nuansa yang begitu damai saat mendengarkannya.
Suasana berbeda saya temukan pada single terbaru band ini, yaitu "Strong". Sendu, kelam, diselipi oleh keputusasaan yang begitu cantik, beginilah lagu ini tertangkap di indra pendengar saya. Sejak dulu, saya memang memiliki kecenderungan memberi nama kategori tertentu untuk musik-musik yang terdengar "pahit", "sakit", sekaligus "indah", dengan istilah "gloomy alternative pop". Dan lagu ini masuk ke dalam daftar kategori genre favorit karangan saya itu. Atau bisa juga menambah koleksi "lagu senja" dalam playlist pribadi (saya kerap mengasosiasikan lagu kelam dengan pergantian sore ke malam yang begitu sendu). Nah, walaupun vokal Hannah Reid sering dipautkan dengan Florence Welch, namun di sini saya tidak menemukan karakter itu (di lagu lainnya memang ada beberapa tarikan vokalnya yang mengingatkan saya pada teknik bernyanyi Flo, seperti pada single "Wasting My Young Years"). Entah mengapa, vokal wanita berambut pirang yang sekilas mirip Sky Ferreira itu begitu bulat, tebal, dan kuat di single keempat mereka ini. Ada perih yang menyayat tapi begitu nyaman dalam lagu ini. Bisa jadi pemilihan beberapa nada minor di dalamnya menguatkan nuansa "kelam" itu. Susah memang untuk dijelaskan, tapi yang jelas saya begitu jatuh cinta dengan single yang akan resmi dirilis pada 1 September mendatang ini.
Secara keseluruhan, memang tak saya pungkiri bahwa konsep pengemasan EP London Grammar sangat kekinian. Mulai dari artwork karya-karya mereka yang menampilkan pemandangan artistik senja di sebuah kota yang dipenuhi pendaran cahaya berefek starburst lampu kota dan lampu kendaraan di ruas jalanan raya, hingga elemen-elemen musikal dan pemilihan bebunyian dalam tiap karya mereka. Walaupun begitu, London Grammar tidak bisa saya bilang sebagai band indie ambient yang cukup dinikmati selewat. Karena di tiap karyanya, mereka memberikan kesan yang bikin saya selalu ingin mendengarkan kembali lagu-lagu indah tadi. Meskipun belum ada informasi pasti mengenai waktu rilis album debutnya, tapi jelas album ini menjadi salah satu karya musik baru yang saya nanti.***
Sumber foto: London Grammar FB
Situs resmi: www.londongrammar.com
SoundCloud: London Grammar
Youtube Channel: London Grammar
Makassar, 5 Juli 2013
Hi, Kania, Terima Kasih ulasan dan kesannya terhadap London Grammar...
ReplyDeleteSaya pertama kali tercengang, letila melihat letusan kembang api di klip "strong" - satu kata keren. Dan pertama kali dengar di BBC Radio 1 dan langsung saya nonton Live Show di KEXP, asli bagus banget - secara main secara langsung. Mereka itu beneran musisi...
Hi, Kharis... Terima kasih juga sudah mampir dan membaca ulasan saya.
DeletePendatang baru yg oke... London grammar,, saya cari2 lama ternyata baru ketemu tahun ini... Saat lihat iklan sony Xperia z3 di youtube disitu yg buat saya tertarik soundtrack iklannya.. Dan lama mencari ketemu juga yg jd ostnya london grammar judulnya nightcall...
ReplyDeleteTerimakasih sudah mengulas tentang London Grammar. Menurut saya, lagu london grammar yang begitu menarik untuk ditelusuri adalah yang berjudul Wating My Young Years...
ReplyDeleteJatuh cinta ga sih sama lagu mereka? hampir nih ha ha
ReplyDelete