Sepuluh Jam
Sumber foto: Cecile Hournau / Unsplash “Aku ingin menghabiskan malam dengan berciuman denganmu.” Tanpa menengok, aku tahu ada gelak senyum di sana. Aku merasakannya. Kamu nyengir sembari menundukkan kepala, menatapi gelas kopi yang kau pegang dengan ujung-ujung jemarimu. Kau putar-putar gelas itu seraya perlahan memiringkan kepalamu, menatapku masih dengan tersenyum. Kedua bibirmu terbuka tertutup, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi menariknya kembali—seperti sedang mencari-cari kata yang tepat. "Berapa lama? Sepanjang malam?" Aku balik tersenyum sambil memalingkan wajah. "Ya, selama kita mampu—sepanjang malam lebih bagus." Jarak antara kursi kita dipisahkan meja kecil yang sesak oleh dua gelas, dua botol bir kosong, satu vas tanaman artifisial, dan asbak berisi onggokan puntung rokok yang nyaris luber dari wadahnya. Kita tergelak lalu saling menatap dari kursi masing-masing. "Kenapa, Kami?" tanyamu. Kuisap pangkal rokok sem...