Posts

Showing posts from July, 2010

Lirik

“Tak akan pernah usai cintaku padamu,” Senandung lirik dalam simfoni indah milik Dewa19 mengalun menemani perjalananku malam ini. Tidak pernah habis aku mengagumi kedahsyatan personil band Indonesia era 90-an ini dalam meramu kata-kata menjadi lirik yang mampu mewakili eksistensi rasa abstrak tiap manusia perasa. Lagu Kirana masih terus terdengar dari music player di mobilku, lagu rasaku termangu dalam tiap liriknya yang membuatku kaku. Satu penggal lirik itu begitu sederhana dan berlalu begitu saja kala tiap orang mendengarkan lagu ini, kataku dalam hati. Tapi, lanjutku membatin, pernahkah terlintas dalam benakmu betapa beraninya baris tersebut? Sudah hampir separuh usia aku mendengarkan lagu ini, namun baru sekali aku benar-benar menghayati kalimat ini. Apa yang ada di benak seorang manusia ketika ia mampu mengucap ‘tak akan pernah usai cintaku padamu’ ? Seperti hujan yang tidak akan pernah usai membasahi bumi, seperti matahari yang tak pernah berhenti menyinari jagat r...

Cinta: Kebinasaan Karena Cinta

PRAAAANNNGGGG!!!.... Vas porselen cokelat penghias meja makan bundar itu hancur berkeping-keping di lantai. Serangkai bunga melati tergolek pasrah tak jauh dari serpihan vas yang amburadul bagai bongkahan puzzle yang tak jadi, masing-masing kuntum terpisah tak beraturan, mereka terbaring paksa dengan kejam. BBUUUKKKK!!.... Genderang redam satu kepal tangan meninju dinding bercat kuning pucat. Suaranya menjalar ke seluruh penjuru ruangan, sisi-sisi dinding menggaungkan gemuruh yang tak nyaring namun kisruh. Bohlam kuning 8 watt yang tergantung di langit-langit pojok bergoyang, kabel yang memisahkan bohlam lampu dengan langit-langit berjarak 20 cm itu mengayunkan sang bohlam ke segala arah. Kencang, begitu kencang hingga ngeri membayangkan bohlam itu membentur sisi dinding dan pecah, hingga ayunannya memelan, menelan segala kekuatiran yang sama sekali tak terbayang dalam benak segala yang hidup dan segala yang mati di sana.

L'APPARTEMANT (Avara Kyna)

Image
--> Tepat 10 hari sejak terakhir aku  berjalan di lorong lantai ini, menatap satu per satu lampu tempel berwarna kuning di kanan-kiri dinding. Pergi walau mereka bilang liburan tapi ada yang meronta untuk selalu kembali ke kamar di sini, di gedung ini, terlebih saat kini aku memutar kenop pintu, ada perasaan rindu yang tiba-tiba membuncah. Justru pada detik aku telah kembali dan menghadapi pintu berkaca kuning dan hijau di depanku ini, rasa rindu itu semakin menjadi-jadi seolah aku sudah lima tahun tidak pernah kembali. Sebelumnya kulirik keadaan kanan-kiri, semua pintu tertutup rapat dan hanya satu ruangan yang memancarkan cahaya lampu dari dalam. Pukul sebelas malam, kulirik arloji di tangan kiri, mungkin mereka semua sudah menyiapkan kenyamanan di peraduan masing-masing di waktu selarut ini. Ah, sudahlah, masih ada esok dan esok esok serta keesokannya lagi untuk bertegur sapa dengan lima penghuni kamar di lantai ini.