Posts

Showing posts from September, 2014

Balada Komitmen

Cerpen Dua pasang mata saling menatap. Di tengah keriuhan malam yang riang hawanya, kita kembali bertemu setelah sekian lama hidup di jalan dan tempat yang berbeda. Tidak ada yang memaksa kita untuk berpisah. Ini hanya salah satu bagian dari proses alami kehidupan yang dulu sering kita kutuk bersama: “perihal menjadi dewasa”. Tatapan mata kita kerap diselingi oleh picingan mengamati, mendengarkan, atau sorot penuh asumsi. Kita tak bisa menghindari berapa kali saling menebak, merasa masih saling mengetahui kehidupan satu dan yang lain. Padahal tidak. Nyatanya, banyak persoalan hidup yang sudah terlewati dari pengetahuan masing-masing. Tatapan mata kita juga tak jarang diramaikan oleh kerut bahagia, kerut tawa penuh rasa geli di saat bertukar bermacam kisah. “Aku masih sulit percaya,” ujarmu sambil menggelengkan kepala tanda takjub. “Sulit percaya bagian mana?” imbuhku. Kamu menghela napas lalu terkekeh, “Ini... Kita... Sekarang,” katamu. Aku spontan terkekeh pula, “Hidup,” k...

Avowal

I resign from the altered world here; pull myself back onto the ground where I can stand. Through the eyes I witness what lies before us. All.  I stop to wander among the mannered; drown myself apart from the clown. Inside my mind I find a peace, acknowledge that somewhere deep down, there is a crave to showcase ego. The ego that is of no use. I divert to reality; I convert the crave; I revert to the worth. That is world. *we can not simplify the universe into some codes*  [Makassar, 12 & 17 Sept 2014]

[DRAFT]

"Seperti apa rasanya?" tanya lelaki di depanku, menatap lekat batang hidungku yang dingin. Melekatkan razia tatapannya ke seluruh penjuru wajahku yang kaku. Tidak peduli dengan tatapan yang menelanjangiku, aku teguk dalam-dalam rasa yang kupaksa larut bersama air putih dari gelas hijau ini. Aku sibuk menata ingatanku, tidak hanya lima jam barusan, tapi lompat mundur pada masa-masa sebelumnya, di mana rasa yang eksis ini tidak pernah unjuk gigi. Sejenak, aku menatapnya, lelaki di depanku, yang wajahnya melongo penasaran menanti jawaban. Tidak aku hiraukan, aku memilih larut ke dalam eksistensi kenangan dan masa depanku, kiniku. Kamu. Siapa kamu, ya? Omong-omong, aku pun tidak begitu jelas mengenalmu, hanya melalui dunia maya kita bertegur sapa, berbincang ngalor-ngidul tak tentu arah, lama-lama liar membabi buta, berujung pada pola membebaskan segala bebat moral dan nilai yang sudah difatwakan, oleh pengetahuan. Ya, karena dunia tidak pernah memfatwakan apapun kecuali hukum ...