Koneksi
Mereka bilang koneksi itu adalah sebuah mitos. Katanya, ada hal-hal lain yang lebih penting ketimbang koneksi jiwa saat kau memilih seseorang. Pernah kudengar pula kalau koneksi adalah sesuatu yang bisa kau pupuk hingga berkembang, mengakar, dan menjadi sesuatu yang mendasari. Konon pula, koneksi itu delusi yang hanya nyata dalam imajinasi. Apakah benar tidak ada namanya pertemuan dua jiwa yang—hanya melalui tatap—terasa begitu mantap; bahkan tanpa kata ataupun penjajakan? Benarkah hal ini mustahil? Apakah ini berarti segala sesuatu yang terjadi dalam sanubari manusia hanya patut dianggap masuk akal bila dapat dirasionalkan? Bahwa koneksi itu ada karena A, B, C, hingga Z. Sesederhana itukah alam pikiran kita? Segamblang itukah segala sesuatu yang terjadi dalam diri manusia—yang justru seringkali membuat kita kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya? Jakarta, 29 Mei 2017