Posts

Showing posts from July, 2016

Ranum (Fragmen #3)

Image
"Kerinduan yang lambat laun menggerogotiku sebagai perempuan sempurna." (Sumber: weheartit.com ) Ada banyak tantangan menjalani hidup sebagai perempuan. Baru kusadari kini, kedua orang tuaku mendidik anak-anak perempuannya berlandaskan kalimat itu sebagai skemanya. Bila ketiga anak gadisnya dewasa kelak, mereka harus sadar bahwa ada peran-peran yang harus dipenuhi dan agar kehidupannya sentosa, maka mereka harus mampu mengisi peran-peran tersebut. Mungkin begitu ayah dan ibuku memadukan visinya selama membesarkan kami—aku dan kedua adikku.

Sakit Hati

Image
"Hatiku serasa lepas dari rangka yang menopangnya." (Sumber: Lunaoki.tumblr.com ) Lima belas tahun bukan waktu yang sebentar, apalagi bila dihabiskan dengan setia terhadap hal yang tidak ada, atau tepatnya, tidak pernah bisa aku miliki. Kali ini, setia bukanlah sesuatu yang bisa dimaknai positif karena memang tidak membuahkan hasil yang konstruktif untukku. Menakjubkan. Inspiratif. Luar biasa. Salut! Ada yang bilang begitu. Tapi dalam hati, aku tersenyum miris dan merasa ironis. Bagaimana caranya aku bisa membanggakan kesetiaan dalam menjaga perasaanku untuk seseorang yang pada akhirnya tidak menjadi milikku? Dari sisi mana perjuangan seperti ini patut diberikan pujian? Lebih masuk akal mereka yang mengataiku bodoh tanpa belas kasihan. Sudah terlalu lelah mereka mengumbar empati. “Kamu memetik apa yang kamu tanam.” “Sakit hatimu ini muncul karena pilihanmu sendiri.” “Bagaimana kamu bisa memilikinya kalau ia tahu pun tidak?” Sejuta cacian serupa tak he...

Tiga Puluhan dan Masih Sendiri

Image
Parkiran apartemen masih lengang. Kulirik arloji di tangan yang menunjukkan pukul lima sore. Orang-orang masih beredar di luar sana. Mesin mobil kumatikan lalu kugapai dua tas di jok belakang seraya membuka pintu kemudian beranjak keluar. Lampu lantai parkiran bawah tanah ini sudah dinyalakan karena meski langit tak gelap pun, tak ada sinar matahari yang masuk. Langkahku ringan menuju lift dan kutempelkan kartu penghuni ke mesin pemindai; seketika tombol bertuliskan angka 15 menyala. * Tak tok tak tok… Suara hak sepatuku memecah keheningan sepanjang lorong lantai 15, selain geledek di luar sana. Hujan mengguyur dari pagi dan membuat hari ini sendu. Semua orang setengah hati menjalani rutinitas dan yang dilakukan dengan sepenuh hati hanyalah menunggu waktunya pulang. Aku sempat terdiam sejenak saat memutar kunci di pintu unitku—tebersit untuk mampir ke unit Ateira. Namun kuputuskan untuk beristirahat dulu dan menghubunginya menjelang makan malam nanti. Baru sekitar lima men...