Makna Bukan Selebrasi
Sungguh waktu yang kilat, semua datang dan berlalu dengan keterburu-buruan. Sungguh waktu yang membuatku merasa kurang, seandainya kini adalah empat tahun lalu, sayang, aku yakin hari ini dan tadi malam akan terasa lebih mudah.
Aku akan mencoba mengamini keinginanmu yang kau utarakan siang tadi, bahwa kau tidak ingin melakukan "basa-basi ulang tahun". Baiklah, aku tidak akan membahas berapa umur yang kau peroleh hari ini, atau selebrasi apa yang telah kau lewati. Aku sudah tahu bahwa sore tadi kau berharap aku datang untuk setidaknya bersamamu melalui hari ini, namun hanya kata maaf yang mampu aku ucap sebagai pengganti segalanya. Bahkan sebagai pengganti memori tentang hari denganmu yang selalu penuh makna. Makna rindu, makna mengasihi, makna menerima, makna memberi, makna memiliki, atau terkadang makna kesal ketika aku mendapatimu begitu keras kepala dan kritis pun sebaliknya.
Di atas segala selebrasi ulang tahun yang tidak kau indahkan tapi aku yakin kau harapkan (dan maaf karena aku tidak menyanggupi untuk mengadakannya untukmu, kali ini), aku selalu yakin tentang hadirnya makna baru dari tiap tanggal yang sudah kita lalui bersama selama bertahun-tahun. Sadarkah kamu bahwa ini adalah tahun ke-6 aku mengucapkan 'selamat' di tanggal ini, sebagai salah satu orang dalam hidupmu? Sadarkah kamu tahun ini adalah fase ke sekian dalam hidupmu dan hidupku di mana kita menjadi saksi bagi satu sama lain? Fase apa yang kamu lewatkan dari aku atau aku dari kamu? Luar biasa jika kutelaah maknanya, tentang kamu yang selalu aku sayangi dan kuharap untuk terus bahagia, dan aku merasa luar biasa untuk bisa memetik makna dari tiap tahun yang kulewati dengan mengenalmu.
Ada sentuhan makna baru yang aku rasakan hari ini. Bisakah kita menafikan makna menjadi dewasa dan terus berpikir untuk saling bersua di sore riang untuk sekadar minum kopi dan berbincang adalah yang terpenting? Mungkinkah di fase kini kita masih bisa memetik makna itu lagi? Tapi rasanya mustahil bukan? Ternyata makna baru yang kudapat adalah bahwa kita tak lagi semudah dulu, ketika waktu sepenuhnya dimiliki oleh diri kita sendiri dan kesenangan mahasiswa yang hidup hanya untuk hari itu.
Hey, satu sore di hari berharga untukmu ini mungkin terlewat begitu saja olehku. Tapi, tahukah kamu bahwa sore-sore seperti tadi tidaklah sebanding dengan penglihatan aku tentang bagaimana kamu telah bertumbuh selama enam tahun ini? Jika aku pandai melukis, kurasa metamorfosis yang kau alami pasti akan mampu kutuangkan dengan indah di atas kanvas. Ini adalah satu makna berharga bagiku, untuk terus melihatmu hidup, untuk turut menangis karena dan bagi kamu, untuk terus memetik pelajaran yang tak akan pernah kumengerti tanpa melihatmu melaluinya, dan untuk terus memiliki serta menyebut kamu sebagai orang terbaik dalam hidupku.
Sekali lagi maaf jika hari ini tidak lagi semudah dulu, tapi aku punya hadiah kecil untukmu. Biar aku tambahkan makna-makna yang pernah kudapat selama mengenal kamu. Hari ini, aku ingin memberimu makna baru, bahwa kini aku menawarkan kebersamaan yang logis. Kamu tidak perlu khawatir lagi tentang jejak kakiku yang hanya tinggal bayangan di Pulau Jawa. Kamu tidak perlu lagi mengirimkan pesan-pesan singkat di malam hari yang bisa membuatku menangis karena tak mampu meraba waktu bertatap muka lagi denganmu. Makna hari ini kuharap membuatmu sedikit lega, karena aku ingin menawarkan kesempatan kita mencuri kembali sore-sore yang hilang, dan keleluasaan yang melegakan karena kamu tahu aku akan selalu ada.
Beberapa detik aku terdiam, kalimat terakhir rasanya sedikit memalu sendi perasaanku. Terima kasih untuk enam tahun ini, karena kamu selalu berhasil menanamkan rindu dan kebutuhanku untuk mencari kebersamaan denganmu. Selamat ulang tahun, Gebi Meidina Sabarthin yang hebat! ***
Untuk sahabat saya yang tidak pernah membuat saya ragu untuk berbagi makna dan mengambil makna dari dan bagi hidup masing-masing, selamat terus bermakna!
#Jakarta, 29 Mei 2011
gak ada kata-kata yang bisa mewakili rasa syukur dan rasa bangga memiliki teman seperti kamu :D
ReplyDeleteterima kasih, kania laksita raras kuntjoro yang hampir 6 tahun senantiasa menebar doa untuk saya.