Mencatat

Ada yang pernah bilang (kurang lebih) seperti ini, “Ide itu bagaikan sayap. Jadi harus segera ditangkap ketika menghampirimu.” Saya lupa di mana dan kapan saya membaca kalimat tersebut, serta siapa pencetusnya (kalau ada yang tahu, mungkin boleh langsung memberitahu saya). Yang jelas, saya merasa kalimat ini sangat sesuai dengan kondisi yang belakangan ini terjadi. Ide tidak pernah bisa ditebak atau dipancing kemunculannya, malah terlalu sering lepas dari ingatan. Saya ingat beberapa kali saat hendak tidur, kepala ini dipenuhi oleh ide-ide soal karakter, alur, konflik, hingga akhir sebuah cerita. Sayangnya, saya terlalu menyombongkan diri dengan berpikir, “Ah, besok pasti ingat. Langsung tulis saja,” begitu. Nyatanya? Keesokan harinya, hanya beberapa potongan dari keseluruhan ide sebelumnya yang masih tinggal dalam pikiran saya.

Kejadian di atas yang berulang-ulang saya alami bikin otak ini tidak tenang. Ketika saya berkutat di depan laptop untuk mencoba menuangkan ide ke dalam bentuk cerita, ternyata memori saya gagal mengingat semua yang terbayang sebelumnya. Hingga sulit untuk bisa menjaga keutuhan ide cerita yang tadinya sudah terjalin (walau kasar dan masih mentah). Jika saya pikirkan lebih lanjut, tentu saja ini pekerjaan yang sulit untuk otak. Mengapa? Karena, begini: seperti yang saya sudah tulis di atas, bahwa saya tidak bisa menebak kapan ide bakal muncul. Ini berarti bukan tidak mungkin kalau ide-ide cerita bermunculan di dimensi waktu yang berbeda, tak berurutan, serta sifatnya sekilas. Tentu saja sekilas, karena saat ide itu muncul, reaksi yang dilakukan oleh otak adalah langsung menanggapi dengan imajinasi sesaat. Namun, karena saya tidak mencatat proses imajiner tersebut, hasilnya saya tidak memiliki rekaman "asli" dari apa yang sudah dijalin oleh otak saya. Alhasil, hanya tersisa memori yang sudah tercemar oleh distorsi berkat peristiwa-peristiwa yang terjadi di selang waktu di antara saat imajinasi itu muncul dan aktivitas menuangkannya ke dalam tulisan.


Jadi, mari mencatat. Agar tidak ada lagi energi imajinasi yang terbuang percuma.

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Sebuah Hubungan

Ulasan Musik: London Grammar

[Ulasan Buku] Manuscript Found in Accra