Ranum
Usianya memang tidak bisa dibilang belia lagi. Aku menggambarkannya dengan kata matang. Auranya juga bukan lagi ibarat bunga yang baru mekar merekah, melainkan bagai buah yang telah masak; aku seringkali membayangkan betapa nikmat bila bisa memetik lalu menyantap dagingnya yang ranum. Tanpa lelah, pikiran ini mulai mengusik diriku secara rutin.
Ada berjuta alasan bagiku untuk tidak melupakan fantasi ini—malah justru memeliharanya. Pertama dan klise, aku tidak pernah menghendakinya untuk datang, semua terjadi tanpa aku sadari. Namun bila kuingat dengan cermat, inilah keajaibannya, bahwa ia tidak pernah mencoba mencuri perhatianku dengan sengaja.
Setiap hari aku melihat rupanya dan tak jarang pula kami saling menyapa. Hanya sebatas itu. Hingga pada suatu siang aku begitu asyik melamun ke arah jendela yang luas demi menemukan inspirasi untuk materi pemasaran produk baru. Tiba-tiba pandanganku terhalang oleh satu sosok yang mendadak berdiri. Saat itu matahari tengah tinggi dan sinarannya menembus garis tubuh wanita itu, menciptakan siluet yang membuyarkan lamunanku. Kepingan-kepingan inspirasi yang tengah kukumpulkan di tengah lamunan itu terserak berantakan, berganti kebingungan yang menyerang bertalu-talu. Otak ini gagal merespons tampilan visual di depanku itu secara sistematis.
Semenjak saat itu, aku merasa seperti sedang ditarik oleh sebuah daya yang begitu hebat tiap kali ia muncul di penglihatanku. Ia begitu memikat tanpa harus banyak berbuat. Bahkan sedari jauh, langkah kakinya yang anggun dengan mudah membuatku gelagap dalam hati. Dan seterusnya, mataku senantiasa terpaku padanya.
Perlahan-lahan, imajinasiku tentangnya mulai disisipi oleh gairah yang muatannya terus bertambah, menjajah seluruh ruang kosong dalam benakku, dan bertahap namun pasti, membuatku makin terdesak untuk segera bertindak. Entah melupa atau mengaku. Menurutku, keduanya sama-sama mampu mengurangi dorongan yang makin tak terkendali ini.
Tanpa bisa kupastikan kapan awalnya, aku telah menyematkan nama yang kukarang sendiri untuk sosok wanita itu. Kupanggil ia Ranum.
...bersambung.
Comments
Post a Comment