Jiwa

Hanya dalam tiga detik, sepotong jiwa menyeruak keluar menerobos lorong gelap yang tak kenal dusta; mata.

Hanya butuh tiga detik untuk membebaskan jiwa itu, menjelajahi pelosok-pelosok yang belum pernah ia temui dan sungguh haus untuk ia telusuri di ribuan detik setelahnya.

Jiwa menghinggapi pagi, siang, dan malam sekenanya. Ia tak berencana, ia hanya berkelana. Ia tak banyak menimbang, ia hanya bertualang.

Jiwa tak sadar, bahwa ia sedang menjelanak ke sepotong jiwa lainnya dan tanpa ia tahu, perlahan ia rasuki bulat-bulat.


*menjelanak: menyelinap, menyusup


Argo Parahyangan malam, menuju Jakarta, 27 Maret 2017





Comments

Popular posts from this blog

Tentang Sebuah Hubungan

Ulasan Musik: London Grammar

[Ulasan Buku] Manuscript Found in Accra