Ranum (Fragmen #4)

Ranum adalah perempuan yang sanggup menyihirmu dalam waktu sekejap. Dia memiliki pesona yang tak kunjung habis hingga mampu membuat matamu terpaku padanya sepanjang hari. Dia memiliki karisma sekuat magnet hingga tidak dapat bertemu dengannya barang sehari merupakan ide yang mampu menyiksamu sepanjang malam. Dia memiliki paras seelok imajinasimu tentang kecantikan, yang membuat decakanmu tak pernah berakhir, dan hasratmu kian terpelihara.

Ranum adalah perempuan yang sanggup menghancurkan pertahanan dirimu sebagai seorang laki-laki. Matanya teduh, menghanyutkan, dan itu justru membuatmu gila karena tak mungkin menghindarinya saat sedang berbincang. Caranya bertutur sungguh teratur namun mengalir tanpa dibuat-buat, dan itu justru membuat lidahmu kelu saat harus menanggapinya.

Ranum adalah perempuan yang sanggup membuat malam-malammu tak tenang. Kesan mengenainya bisa berdiam di benakmu sepanjang hari, setiap detik, di kala kau hendak tidur, di waktu pikiranmu tengah beralih dari satu isu ke isu lainnya, dan saat kau terbangun esok hari. Bayangan bahwa kau akan menemuinya di hari yang baru lebih ampuh untuk membangunkanmu ketimbang alarm yang sudah diatur menyalak setiap lima belas menit sekali.

Lima belas bulan aku mendekam dalam bui pikiranku tentangnya. Selama itu pula, Ranum telah menjadi keresahan sekaligus hasratku setiap hari. Dan aku bersyukur untuk itu. Setelah kehilangan gairah dalam menghadapi keseharian yang makin datar, aku lantas menemukan ia, aku mengaguminya, dan aku terus-menerus mencari kehadirannya. Perlahan-lahan, melihat sosoknya menjelma jadi sebuah kebutuhan yang mendasar untukku.

Ranum, bagiku, adalah panasea yang berhasil memusnahkan segala kehampaan dalam diriku. Ia membangkitkan kembali satu rasa yang telah hilang: penasaran.

Hidupku adalah sebuah otomat, yang sudah berjalan dengan sendirinya tanpa perlu kurencanakan, kupikir ulang, juga kupertanyakan. Ranum menjadikannya kembali manusiawi. Sebuah hidup yang dipenuhi oleh rasa dan asa. Walau ia tak tahu-menahu.

Dan aku memilih untuk tetap begini. Aku tak perlu ia tahu, aku pun tak ingin memuaskan gairahku untuk tahu lebih banyak. Ranum, aku akan tetap menjagamu di kotak kaca ini, sebagai misteri yang tak ingin aku ungkap.***


Jakarta, 30 Oktober & 4 November 2016
*tidak tahu bagaimana korelasinya, yang jelas fragmen lainnya dari "Ranum"

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Sebuah Hubungan

[Ulasan Buku] Manuscript Found in Accra

Ulasan Musik: London Grammar