Posts

Showing posts from 2016

Kasmaran

Tatapan pria, saat ia tengah jatuh cinta, adalah tatapan paling magnetis yang pernah kuselami. Wajah pria, saat ia tengah tengah jatuh cinta, adalah wajah tertampan yang pernah kulihat. Seorang pria, saat ia tengah jatuh cinta, adalah seseorang paling menggairahkan yang pernah kutemui. Itulah mengapa seorang pria, saat ia tengah kasmaran padaku, adalah sosok yang selalu kurindukan dan kuelukan. Aku ingin menikmati tiap detik saat hasrat, energi, dan keelokannya memuncak—terpusat untukku, berpusar di aku.  Bagiku, tidak ada momen lain yang bisa mengalahkan indahnya perasaan dipuja seorang pria. Walau ini memang hanya sementara.  Geloranya akan redam, gemuruhnya akan reda, pun mabuknya akan padam begitu ia rampung menjalin potongan-potongan  puzzle tentangku, juga begitu terkuak bahwa cintanya berbalas. Perlahan, semua beralih tenang serta pasti. Jangkar telah mengakar dan ombak berganti riak. Maka aku akan lekas pergi, kembali mencari masa yang hilang—m...

Ranum (Fragmen #4)

Ranum adalah perempuan yang sanggup menyihirmu dalam waktu sekejap. Dia memiliki pesona yang tak kunjung habis hingga mampu membuat matamu terpaku padanya sepanjang hari. Dia memiliki karisma sekuat magnet hingga tidak dapat bertemu dengannya barang sehari merupakan ide yang mampu menyiksamu sepanjang malam. Dia memiliki paras seelok imajinasimu tentang kecantikan, yang membuat decakanmu tak pernah berakhir, dan hasratmu kian terpelihara. Ranum adalah perempuan yang sanggup menghancurkan pertahanan dirimu sebagai seorang laki-laki. Matanya teduh, menghanyutkan, dan itu justru membuatmu gila karena tak mungkin menghindarinya saat sedang berbincang. Caranya bertutur sungguh teratur namun mengalir tanpa dibuat-buat, dan itu justru membuat lidahmu kelu saat harus menanggapinya. Ranum adalah perempuan yang sanggup membuat malam-malammu tak tenang. Kesan mengenainya bisa berdiam di benakmu sepanjang hari, setiap detik, di kala kau hendak tidur, di waktu pikiranmu tengah beralih dari...

Ranum (Fragmen #3)

Image
"Kerinduan yang lambat laun menggerogotiku sebagai perempuan sempurna." (Sumber: weheartit.com ) Ada banyak tantangan menjalani hidup sebagai perempuan. Baru kusadari kini, kedua orang tuaku mendidik anak-anak perempuannya berlandaskan kalimat itu sebagai skemanya. Bila ketiga anak gadisnya dewasa kelak, mereka harus sadar bahwa ada peran-peran yang harus dipenuhi dan agar kehidupannya sentosa, maka mereka harus mampu mengisi peran-peran tersebut. Mungkin begitu ayah dan ibuku memadukan visinya selama membesarkan kami—aku dan kedua adikku.

Sakit Hati

Image
"Hatiku serasa lepas dari rangka yang menopangnya." (Sumber: Lunaoki.tumblr.com ) Lima belas tahun bukan waktu yang sebentar, apalagi bila dihabiskan dengan setia terhadap hal yang tidak ada, atau tepatnya, tidak pernah bisa aku miliki. Kali ini, setia bukanlah sesuatu yang bisa dimaknai positif karena memang tidak membuahkan hasil yang konstruktif untukku. Menakjubkan. Inspiratif. Luar biasa. Salut! Ada yang bilang begitu. Tapi dalam hati, aku tersenyum miris dan merasa ironis. Bagaimana caranya aku bisa membanggakan kesetiaan dalam menjaga perasaanku untuk seseorang yang pada akhirnya tidak menjadi milikku? Dari sisi mana perjuangan seperti ini patut diberikan pujian? Lebih masuk akal mereka yang mengataiku bodoh tanpa belas kasihan. Sudah terlalu lelah mereka mengumbar empati. “Kamu memetik apa yang kamu tanam.” “Sakit hatimu ini muncul karena pilihanmu sendiri.” “Bagaimana kamu bisa memilikinya kalau ia tahu pun tidak?” Sejuta cacian serupa tak he...

Tiga Puluhan dan Masih Sendiri

Image
Parkiran apartemen masih lengang. Kulirik arloji di tangan yang menunjukkan pukul lima sore. Orang-orang masih beredar di luar sana. Mesin mobil kumatikan lalu kugapai dua tas di jok belakang seraya membuka pintu kemudian beranjak keluar. Lampu lantai parkiran bawah tanah ini sudah dinyalakan karena meski langit tak gelap pun, tak ada sinar matahari yang masuk. Langkahku ringan menuju lift dan kutempelkan kartu penghuni ke mesin pemindai; seketika tombol bertuliskan angka 15 menyala. * Tak tok tak tok… Suara hak sepatuku memecah keheningan sepanjang lorong lantai 15, selain geledek di luar sana. Hujan mengguyur dari pagi dan membuat hari ini sendu. Semua orang setengah hati menjalani rutinitas dan yang dilakukan dengan sepenuh hati hanyalah menunggu waktunya pulang. Aku sempat terdiam sejenak saat memutar kunci di pintu unitku—tebersit untuk mampir ke unit Ateira. Namun kuputuskan untuk beristirahat dulu dan menghubunginya menjelang makan malam nanti. Baru sekitar lima men...

Kaluku Cottages: Opsi Juara di Utara Tanjung Bira

Image
Tampak depan Kaluku Cottages dari pantai (Foto: Dok. Pribadi) Letaknya memang berada di luar pusat keramaian Tanjung Bira, primadona wisata bahari di Sulawesi Selatan. Walau awalnya tak dirancang untuk tujuan komersial, Kaluku Cottages berhasil membuat para pelancong terpincut berkat pesona autentik yang ditawarkannya. Penginapan ini lantas dipersolek dan alhasil, memberikan pengalaman menginap eksklusif yang terbilang juara di Bira.

Selembar Surat

Aku tidak ingin bilang selamanya cinta. Cintaku hanyalah fragmen, yang tertanda oleh awal dan akhir, yang tak tahu akan berujung bagaimana, yang sarat energi tak pandang orde pun order, namun kutahu berbatas. Cintaku hanyalah sensasi yang tersurat oleh hasrat, redam dilekang ruang, dan tersapu oleh waktu. Akankah?  Entahlah. Yang aku tahu kini, waktuku bahkan belum tiba. Kalau aku bisa bilang ini cinta, maka jadilah ini cinta yang penuh oleh hasrat. Membabi buta tanpa aku tahu apakah ini layak dikuak. Seandainya kamu tahu bagaimana sesaknya dadaku akibat gairah yang terus bertambah untukmu. Seandainya kamu tahu bahwa setiap sosokmu nampak, aku hanya ingin kamu mengenaliku lalu berikan sesimpul senyum yang, rasanya, bakal cukup membuatku tenteram. Ah, tapi, itu bohong. Kalimatku di atas terasa begitu naif bila kubaca kembali. Aku tidak ingin mendapatkan sebatas senyum darimu. Aku ingin lebih dari itu! Kamu mau tahu apa? Baiklah. Namun pintaku, jangan kau kabu...