Kali Pertama Aku Mengantar Kamu
Bandara Soekarno Hatta biasanya menciptakan makna ‘pergi’ bagi saya. Kebanyakan waktu saya berlaku sendiri saja, menjelang keberangkatan yang kebanyakan waktu tanpa pengantar. Sore ini saya menjejakkan kaki di sana tanpa bagasi, bukan dengan menumpangi kendaraan umum yang biasa mengantar saya dari Bandung ke bandar udara, karena kali ini saya tidak melakukan ‘pergi’ yang biasa itu.
Pukul lima sore, 27 Februari 2011, saya berlaku sebagai pengantar, mengantarkan dia sampai ke pintu masuk terminal 2F yang dalam hitungan waktu setelah baggage scan akan membuat saya dan dia kembali berada di dua tempat yang terpisah, Balikpapan-Bandung, Kalimantan-Jawa, demikianlah.
Pacar saya kembali ke tempat ia berkutat dengan kalkulator besarnya dan mencari nafkah di Balikpapan setelah menghabiskan lima setengah hari bersama saya di Bandung. Ia akhirnya melakukan kunjungan pertamanya untuk saya ke Bandung dalam rangka turut menghadiri selebrasi pelantikan saya sebagai seorang sarjana Rabu lalu. Lima hari penuh saya habiskan bersamanya dengan menikmati berbagai tempat favorit saya dan mengenalkannya pada sedikit dari rutinitas pribadi saya di Bandung. Melihat dan menghabiskan waktu hampir seminggu lamanya dengan dia di kota ini menimbulkan kesan tersendiri bagi saya. Bisa dibilang, momen ini adalah momen yang sangat saya tunggu sejak beberapa bulan lalu di mana kebersamaan sebagian besar kami alami di kota asal, Balikpapan.
Sebuah perkenalan, atau tepatnya pertukaran pengenalan, demikian saya ingin menyebut lima setengah hari yang saya habiskan bersamanya. Kedatangannya ke Bandung kali ini saya gunakan untuk memperlihatkan kondisi berwujud dari sekian rutinitas yang selama ini hanya bisa saya deskripsikan melalui kisah-kisah via telepon atau SMS. Saya bilang ini adalah sebuah perkenalan karena memang momen ini kali pertama baginya untuk melihat langsung sedikit tempat dan ruas jalan yang selama ini saya jalani sendiri, sekaligus momen pertamanya bertemu langsung dengan beberapa teman dekat saya.
Senang dan sedikit lega karena perkenalan ‘sedikit dari dunia saya’ bisa terlaksana dan cukup banyak yang saya perlihatkan padanya. Setidaknya, rangkaian kalimat deskripsi yang selama ini saya berikan kini bisa terpatri dalam ingatannya jika ke depannya saya berkisah mengenai apa dan di mana serta bersama siapa saya berada.
Ada kedatangan, maka ada kepergian. Hari inilah kepergian itu kembali saya hadapi, untuk pertama kali dalam hubungan kami, ia berlaku sebagai ‘yang pergi’ bukan lagi ‘yang mengantar’. Ini adalah sebuah permulaan, sungguh masih mula.
Aku tunggu lagi, lain waktu, di manapun bersama kamu.
Bukan kondisi Bandara Soekarno Hatta atau Bandara Sepinggan di mana aku atau kamu sebagai ‘yang pergi’ sehingga ada ‘yang mengantar’, tapi bandara manapun dan kita sebagai ‘yang pergi’ dan ‘yang akan kembali’ bersama, tidak lagi salah satu.**
Rumah Stroberi, where he spent a day with my big family :D |
My big day, graduation |
Until here we go, to the airport |
Bandung, 27 Februari 2011
congratz yah?! :)
ReplyDeleteSweet :)
ReplyDeleteDidoain biar gak usah terbang-terbang satu sama lain, biar jadi "bersama, tidak lagi salah satu".
jgn sampai terbiasa dg rasa ketika "pergi" & "mengantar" yaa. Jebakan betmen :p
ReplyDelete