Bermain Puisi di Siang Berisi
Jakarta, 22 Juni 2009
Entah bagaimana jadinya puisi ini. Romantis atau apa...
Ini adalah hasil melamun di sini, siang-siang yang membuat saya berpikir "Shit, kangen bikin puisi.."
Dan voila!
Kubikel
Untuk kamu,
Karena kamu adalah pencipta debar,
Hingga yang kudengar hanya hingar dan bingar,
Untuk kamu,
Karena kamu detak ini terjaga,
Hingga yang kurasa kini bukan lagi sang raga,
Untuk kamu,
Karena kamu adalah lembayung langit,
Pertanda senja yang sengit jua sempit,
Ingatkan malam akan segera memingit,
Dan aku harus menyibak tirai
Untuk ikhlas menanti malam
Lepaskan senja tak tergapai
Dan tak mampu lukis langit kelam
Karena aku pelukismu,
Lembayung senandung sendu,
Karena kamu kanvasku,
Debar rasa tak terpaku
Karena aku pelukismu,
Bukan malam karena ia mengadu
Bukan pagi karena ia menuju
Tapi, kamu
Sang satu
Yang merutuk
Tanpa pernah mengetuk
Tak indahkan pelatuk
Langsung merasuk!
*....semoga tidak pakai susuk
Ini adalah hasil melamun di sini, siang-siang yang membuat saya berpikir "Shit, kangen bikin puisi.."
Dan voila!
Kubikel
Untuk kamu,
Karena kamu adalah pencipta debar,
Hingga yang kudengar hanya hingar dan bingar,
Untuk kamu,
Karena kamu detak ini terjaga,
Hingga yang kurasa kini bukan lagi sang raga,
Untuk kamu,
Karena kamu adalah lembayung langit,
Pertanda senja yang sengit jua sempit,
Ingatkan malam akan segera memingit,
Dan aku harus menyibak tirai
Untuk ikhlas menanti malam
Lepaskan senja tak tergapai
Dan tak mampu lukis langit kelam
Karena aku pelukismu,
Lembayung senandung sendu,
Karena kamu kanvasku,
Debar rasa tak terpaku
Karena aku pelukismu,
Bukan malam karena ia mengadu
Bukan pagi karena ia menuju
Tapi, kamu
Sang satu
Yang merutuk
Tanpa pernah mengetuk
Tak indahkan pelatuk
Langsung merasuk!
*....semoga tidak pakai susuk
Comments
Post a Comment