the wind beyond her fidgetiness: a monologue of Sekar #4
The Suffocation Jendela itu persegi empat, memanjang di sisi kamarnya dan menjadi sisi terfavoritnya menghabiskan waktu. Ia leluasa menatap dunia luar melalui jendela itu, walau tak banyak yang terjadi, seperti kendaraan yang kadang melintas, dan rumah-rumah di seberang pun tidak berubah ujud saat hari berganti, namun ia puas karena mampu melihat langit dan ruang udara di luar. Baginya, rutinitas tak banyak tenaga itu mampu membuat ruang kamarnya terlihat lebih luas dan lega. Siang itu cuaca terjadi sebagaimana musim berbicara, hujan, dan membuat ruang udara di luar terlihat kabur oleh rintikan hujan dan menjadikan langit abu. Nafas Sekar memelan, pandangannya mulai tak fokus. Angin dingin melipir menyusupi tiap celah ventilasi dan membuatnya terninabobokan perlahan. Matanya meredup, sisa kesadaran yang ia miliki justru membuainya semakin menghayati kantuk yang ternikmat di tengah siang seperti itu. Entah berapa lama ia mampu menahan katup matanya untuk terus terbuka, pe...