Mempertanyakan Apresiasi terhadap Budaya Tradisional




 
Indonesia adalah negara yang dianugerahi berbagai kekayaan alam dan hasil karya manusianya. Dalam hal ini, budaya tradisional merupakan kelebihan yang dimiliki Indonesia dibanding negara lain di belahan dunia manapun. Indonesia berdiri tidak hanya atas satu jenis budaya tradisional yang mewakilinya, namun sangat beragam dengan masing-masing keindahan yang ada. Hal inilah yang menjadi satu penyebab mengapa Indonesia merupakan sebuah negara dengan kultur yang dikagumi oleh masyarakat dunia. Akan tetapi, betapa ironis keadaan dapat tercipta ketika mendapati bahwa mereka yang berada di belahan dunia berbeda itu ternyata jauh lebih menikmati dan menghargai apa yang dilahirkan dan seharusnya dihargai oleh para empunya kebudayaan tersebut.

Adalah sebuah ironi ketika anak muda Indonesia sangat menikmati invasi musik barat seperti metal, pop-progressive, rock, jazz memasuki kehidupan mereka dan menjadi tren kini, sedangkan Patrick Portella & Chandra Puspita adalah grup gamelan yang sangat besar di Perancis. Di dalam negeri sendiri, para pemuda dengan bangga mengenakan kaos dan atribut bertuliskan nama-nama band besar kelas dunia seperti Metallica, Lamb of God, Radiohead, dan lainnya dalam keseharian mereka. Sedangkan seorang teman pernah menemukan warga asing mengenakan kaos bertuliskan “I Love Gamelan” di sebuah pusat perbelanjaan di Indonesia. Atribut musik lokal yang dapat ditemui jaman sekarang sebatas atribut para musisi indie lokal yang kerap menyerang industri musik mayor, dimana banyak yang merasa industri indie menyediakan lebih banyak variasi pilihan dalam berekspresi. Namun, apakah apresiasi mereka akan sama ketika diperdengarkan musik-musik etnis yang sebenarnya memiliki kualitas yang patut diperhitungkan seperti, misal, grup musik Krakatau?

Seperti itulah, apresiasi sederhana yang kerap ditemukan dalam kehidupan jaman sekarang. Masyarakat Indonesia, khususnya anak muda, memiliki apresiasi yang lebih tinggi ketika menghadirkan identitas mereka ke depan khalayak sebagai anak muda yang peka akan perkembangan musik jaman sekarang. Tahukah anak muda pecinta musik ini bahwa terdapat sederet nama musisi Indonesia yang mengusung musik etnis dalam negeri dan menjadi ternama di luar negeri bahkan memeroleh penghargaan bergengsi di sana? Gamelanjazz adalah sebuah proyek musik yang ternama di Perancis dengan Slamet Rahardjo dan Andre Jaume sebagai pelopornya. Tahukan mereka akan nama Iwan Tanzil yang menjalani hobi musiknya sebagai gitaris di Jerman, atau nama-nama seperti The Tielman Brothers dan Daniel Sahuleka yang besar di Belanda dan memeroleh apresiasi tinggi oleh masyarakat dunia? Bahkan, dalam salah satu edisi majalah musik Rolling Stone Indonesia disebutkan bahwa The Beatles menaruh kagum terhadap The Tielman Brothers.

Kultur masyarakat Indonesia yang cenderung menerima suntikan budaya dari negara-negara barat dan menerapkannya sebagai sebuah gaya hidup paten menyebabkan kurangnya apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kepunyaannya sendiri. Budaya tradisional yang menyajikan begitu banyak ragam dan keindahan pun semakin terlupakan, khususnya bagi anak muda di negeri ini. Timbul pola pikir yang menyebabkan kerancuan dalam memahami apa itu budaya. Anak muda tidak sedikit yang akan menyimpulkan bahwa budaya adalah sebatas budaya tradisional dan hal itu merupakan sesuatu yang kuno atau tidak modern.

Tren sebagai Gaya Hidup
Permasalahan ini lalu merembet ke berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya masalah musik saja, tapi juga tren berpakaian hingga aspek kognisi. Tren berpakaian dikatakan sangat sesuai dengan mode yang berkembang ketika, selain mengenakan atribut musik seperti yang telah dicontohkan di atas, mereka mengenakan atribut dan pakaian yang diadopsi dari desain terbaru para desainer luar negeri yang lalu akan ditampilkan pada majalah-majalah remaja untuk nantinya menjadi komoditi remaja putri, khususnya, hingga itulah yang menjadi tren masa kini. Apakah mereka akan merasa tidak malu untuk mengenakan kebaya atau batik jika kedua jenis hasil kebudayaan tradisional ini belum menjadi tren seperti sekarang?

Beberapa tahun silam, Anne Avantie berhasil menghadirkan sebuah kemasan yang elegan dan menarik melalui berbagai desain kebaya yang tetap mengangkat unsur asli dari kebaya, namun dipadukan dengan unsur kontemporer hingga pakaian itu tetap tampak cantik. Ketika hasil karyanya menjadi komoditi yang menarik minat para artis dan tokoh publik dalam negeri, para perempuan dalam negeri pun giat untuk mendesain dan memodifikasi kebaya hingga pada akhirnya jenis pakaian ini kembali menjadi pilihan utama dalam acara formal. Lagi-lagi, peran para tokoh publik yang kian menjadi panutan masyarakat mengambil andil besar dalam mengangkat sebuah tren ke masyarakat. Kini, pakaian tradisional perempuan Jawa ini menjadi sebuah pilihan yang tidak lagi rumit bagi perempuan Indonesia dengan segala modifikasi pada desainnya.

Mal-mal besar dan produk mode berpakaian kini tengah diramaikan oleh beragam jenis pakaian dengan corak batik. Dalam sebuah edisi surat kabar harian nasional yang terbit, tampak foto salah satu tokoh publik panutan anak muda Indonesia mengenakan kostum yang bercorak batik. Pada masa inilah, semakin banyak gadis yang terlihat mengenakan batik dalam kesempatan kapanpun. Tidak hanya dalam acara formal, namun di tempat umum kini akan sangat mudah dan lumrah menemui para gadis mengenakan pakaian bercorak batik.

Berbicara mengenai tren dalam tubuh masyarakat Indonesia sendiri. Contoh batik yang kini menjadi populer di kalangan anak muda dan kebaya bagi perempuan jaman sekarang patut dijadikan pertanyaan. Mengacu pada pengertian pop yang mengarah pada segala sesuatu yang berbau kekini-kinian. Pertanyaannya adalah, apakah fenomena di atas yaitu mengenakan atribut tradisional merupakan sebuah wujud kepedulian untuk melestarikan identitas budaya tradisional ataukah hanya sebatas aktif mengikuti tren? Kejadian ini menunjukkan betapa mudahnya untuk memengaruhi masyarakat muda dalam mengapresiasi kebudayaan tradisional di dalam kehidupan mereka. Tren adalah jawabannya. Hasil seperti ini belum tentu dapat terwujud jika tidak ada industri yang berhasil memopulerkan kebudayaan tradisional atau menjadikannya sebagai sebuah komoditi.

Dalam aspek kognisi, terjadi beberapa pergeseran pola pikir. Dengan adanya anggapan bahwa gaya hidup yang sekarang dapat memenuhi kebutuhan hidup adalah gaya hidup modern, maka pikiran untuk melestarikan budaya pun menjadi sebuah pantangan dan hal yang rumit bagi mereka. Maka konteks berpikir modern pun menjadi bergeser sehingga pemahaman akan pentingnya menghargai juga melestarikan kebudayaan tradisional sebagai identitas negara menjadi hal yang tidak primer lagi. Padahal, dengan adanya usaha untuk melestarikan budaya tradisional serta menjaganya sebagai identitas negara, semakin kuat Indonesia akan citranya yang berkebudayaan beragam dan unik, serta segala keindahan akan filosofis yang terkandung di dalamnya. Sebuah anggapan umum bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan segala yang dimiliki di dalamnya. Budaya tradisional merupakan bagian dari sejarah, melihat bagaimana hal itu tercipta, dan sangat dapat digunakan negara ini sebagai amunisi untuk mengalahkan bangsa lain. 

Apakah masyarakat muda kita memerlukan sesuatu yang telah menjadi populer atau tren terlebih dahulu agar dapat bergerak dan meningkatkan apresiasi mereka akan kebudayaan tradisional Indonesia? Ataukah kita harus tetap berkaca kepada masyarakat luar negeri yang ternyata melihat budaya kita ini indah, baru kita juga akan menganggap budaya tradisional Indonesia itu menakjubkan?***

Jatinangor, early 2008

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Sebuah Hubungan

[Ulasan Buku] Manuscript Found in Accra

Ulasan Musik: London Grammar